Kehidupanku bagaikan surga dunia, sempurna. Hingga suatu kejadian membuatku ingin mengasingkan diri. Aku berjalan tanpa tujuan, berusaha menghindari semua orang, tidak pernah mau tau apa yang sedang terjadi. Hingga aku tersesat di sebuah tempat asing, berjalan terseok-seok bersama sebuah kompas rusak. Aku lelah. Tidak bisa membedakan yang mana mimpi, kenyataan, dan bayang-bayang dalam benak. Pernah beberapa kali, aku melihat bayangnya, bayangan laki-laki itu. Hingga aku terdiam dan menyadari itu hanya sebuah bayang-bayang dalam benakku yang merindukannya.
Keesokan harinya saat fajar sudah lama muncul, seseorang membawaku pulang. Pandanganku memperlihatkan tempat yang dulu kuanggap surga dunia sudah hancur. Kepingan harapan beserakan, sepertinya terinjak--atau diinjak realita. Dan aku melihatnya berdiri di sebrang jalan. Aku setengah berlari menghampirinya--masih ragu. Hampir semua orang menatapku, menanyakan "apa yang terjadi padamu?" aku hanya terdiam. Memperlihatkan wajah menyesal, lalu kembali berlari. Aku memang ingin mengetahui kabar tentangnya, tapi mengapa harus kabar seperti ini?Kali ini seorang ibu-ibu. Aku mengenalnya. Dia orang baik. Dan tanpa meminta, dia menjelaskan kepadaku apa yang terjadi. Laki-laki itu, yang tak pernah bisa pergi dari benakku, mengalami kecelakaan. Dia masih bisa berjalan, masih bisa tersenyum, dan yang terpenting, dia masih hidup. Aku memang harus menjenguknya. Aku... Harus melakukan sesuatu, tapi yang kulakukan sekarang hanya terdiam di tengah jalan, berusaha menghampiri, tapi kembali mundur, ketakutan. Mungkin, dia akan menatapku dengan ekor matanya. Mungkin, dia akan memandangku, seperti kita tidak pernah saling mengenal. Kini aku melangkah mundur. Masuk ke dalam rumah. Yang bisa kulakukan sekarang, hanya mengirim supucuk surat-tanpa-nama, mengirimnya lewat pos, dan melihat laki-laki itu membacanya dari jauh. Menunggunya menyadari bahwa aku ada disekitarnya, memperhatikannya, dan masih ingin bersamanya. Aku memang pengecut. Tapi aku takkan pernah berhenti untuk mengagumi dan menyayanginya.
Kini aku punya sebuah tujuan. Tetap tinggal dan tidak akan pergi.
***
Akulah sang pecandu,
Setia menunggu walau sendu.
Akulah sang penggila,
Dengan kekaguman tak terhingga.
Akulah sang pecinta,
Takkan berhenti walau terluka.
0 notes:
Posting Komentar